Lupus adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari infeksi, justru menyerang sel dan jaringan sehat tubuh. Lupus dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, jantung, paru-paru, dan sistem saraf. Penyakit ini bisa ringan, tetapi juga dapat sangat serius, dan dalam beberapa kasus dapat berpotensi mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan baik.
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai penyebab, gejala, faktor risiko, serta pilihan pengobatan yang tersedia bagi penderita lupus.
Apa Itu Penyakit Lupus?
Lupus adalah salah satu jenis penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh yang sehat dan zat asing, seperti virus atau bakteri. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuhnya sendiri, menyebabkan peradangan dan kerusakan organ.
Lupus dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dengan jenis yang paling umum adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yang dapat memengaruhi hampir seluruh bagian tubuh. Selain SLE, ada juga bentuk lupus lainnya seperti lupus diskoin (terutama memengaruhi kulit) dan lupus neonatal (terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan lupus).
Penyebab dan Faktor Risiko Lupus
Penyebab pasti dari lupus belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor diketahui dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit ini. Beberapa faktor yang diduga berperan dalam menyebabkan lupus antara lain:
1. Faktor Genetik
- Lupus seringkali ditemukan pada keluarga dengan riwayat penyakit autoimun. Meskipun tidak ada satu gen tunggal yang dapat menyebabkan lupus, kombinasi faktor genetik dapat meningkatkan kerentanannya. Beberapa varian gen tertentu yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang terkena lupus.
2. Faktor Hormon
- Hormon, terutama hormon estrogen, diyakini memainkan peran dalam pengembangan lupus. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita, terutama yang berada pada usia subur (antara 15 hingga 45 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa hormon wanita mungkin berperan dalam memicu atau memperburuk lupus.
3. Lingkungan
- Paparan terhadap faktor lingkungan tertentu, seperti sinar matahari (UV), dapat memicu atau memperburuk lupus. Beberapa orang dengan lupus melaporkan bahwa gejalanya menjadi lebih buruk setelah terpapar sinar matahari atau stres fisik.
- Selain itu, infeksi virus tertentu (seperti Epstein-Barr) atau penggunaan obat-obatan tertentu (seperti obat-obatan untuk tekanan darah tinggi) juga bisa menjadi pemicu lupus.
4. Kebiasaan dan Pola Hidup
- Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan lupus. Merokok diduga dapat memengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan inflamasi.
5. Faktor Imunologi
- Pada lupus, sistem kekebalan tubuh menghasilkan autoantibodi, yaitu antibodi yang menyerang sel-sel tubuh sendiri. Proses ini menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan.
Gejala Penyakit Lupus
Gejala lupus sangat bervariasi, tergantung pada organ atau sistem tubuh yang terlibat. Beberapa gejala lupus bisa sangat ringan dan tidak terlalu mengganggu, sementara yang lainnya bisa sangat parah dan memerlukan perawatan medis segera. Gejala yang umum ditemukan pada lupus antara lain:
1. Kelelahan Ekstrem
- Salah satu gejala paling umum dari lupus adalah rasa kelelahan yang parah, meskipun penderita sudah cukup tidur. Kelelahan ini bisa terjadi tanpa sebab yang jelas dan dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari.
2. Ruam Kulit
- Ruam berbentuk kupu-kupu yang muncul di kedua pipi dan jembatan hidung adalah tanda khas lupus. Ruam ini biasanya terjadi setelah terpapar sinar matahari dan dapat diperburuk oleh paparan sinar UV.
- Selain itu, lupus dapat menyebabkan ruam diskoin (bulat atau berbentuk cakram), yang biasanya muncul di bagian wajah, leher, dan kulit kepala.
3. Nyeri Sendi dan Pembengkakan
- Nyeri pada sendi, terutama pada tangan, lutut, dan pergelangan tangan, adalah gejala umum lupus. Pembengkakan dan kekakuan pada sendi juga bisa terjadi, dan ini sering dianggap sebagai gejala mirip dengan rheumatoid arthritis.
4. Demam
- Demam ringan yang tidak dapat dijelaskan dan seringkali tidak terkait dengan infeksi dapat terjadi pada penderita lupus. Ini sering terjadi ketika penyakit sedang dalam fase aktif atau flare.
5. Masalah Ginjal
- Lupus dapat memengaruhi ginjal, menyebabkan kondisi yang disebut lupus nephritis. Gejalanya termasuk pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, peningkatan tekanan darah, dan adanya darah atau protein dalam urine. Jika tidak diobati, lupus nephritis dapat menyebabkan gagal ginjal.
6. Masalah Jantung dan Paru-Paru
- Lupus dapat menyebabkan peradangan pada lapisan jantung (perikarditis) atau paru-paru (pleuritis), yang dapat menyebabkan nyeri dada, sesak napas, dan batuk yang tidak jelas asalnya.
7. Kebotakan
- Kehilangan rambut (alopecia) adalah gejala lain yang sering ditemukan pada penderita lupus, terutama saat penyakit sedang dalam fase flare. Rambut dapat rontok dalam jumlah banyak, dan pertumbuhannya bisa terganggu.
8. Gangguan Saraf dan Mental
- Lupus dapat memengaruhi sistem saraf pusat, menyebabkan gejala seperti kejang, kebingungan, depresi, gangguan memori, dan masalah kognitif.
9. Sensitivitas Terhadap Sinar Matahari
- Banyak penderita lupus mengalami peningkatan gejala setelah terpapar sinar matahari atau sinar ultraviolet (UV). Kulit bisa menjadi lebih sensitif, dan ruam atau iritasi dapat muncul.
10. Penyakit Pembuluh Darah (Vaskulitis)
- Vaskulitis adalah peradangan pembuluh darah yang bisa terjadi pada lupus, menyebabkan bercak ungu atau merah pada kulit dan masalah sirkulasi darah.
Diagnosis Lupus
Mendiagnosis lupus bisa sulit karena gejalanya mirip dengan banyak kondisi lainnya. Biasanya, diagnosis lupus dilakukan melalui kombinasi gejala klinis dan hasil tes darah. Beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis lupus antara lain:
- Tes Antibodi Antinuklear (ANA)
- ANA adalah tes darah yang sering kali digunakan untuk mendeteksi lupus. Hasil tes ini menunjukkan apakah tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang sel-sel tubuh sendiri. Meskipun banyak orang dengan lupus memiliki hasil tes ANA positif, tes ini tidak secara spesifik mengonfirmasi lupus.
- Tes Darah untuk Antibodi Spesifik
- Tes darah lain, seperti anti-dsDNA atau anti-Smith, dapat membantu memastikan diagnosis lupus, karena antibodi ini lebih spesifik untuk lupus.
- Uji Fungsi Ginjal
- Tes urine dan darah dapat digunakan untuk memeriksa apakah ginjal terlibat dalam penyakit, yang merupakan komplikasi serius dari lupus.
- Biopsi Kulit atau Ginjal
- Dalam beberapa kasus, biopsi dari kulit atau ginjal bisa dilakukan untuk mengonfirmasi adanya kerusakan yang disebabkan oleh lupus.
- Pencitraan Jantung atau Paru
- Pencitraan, seperti ekokardiogram atau rontgen dada, dapat digunakan untuk menilai apakah lupus telah memengaruhi jantung atau paru-paru.
Pengobatan Lupus
Meskipun lupus tidak dapat disembuhkan, pengobatan yang tepat dapat membantu mengelola gejalanya dan mencegah kerusakan organ lebih lanjut. Pengobatan lupus bertujuan untuk mengurangi peradangan, mengendalikan gejala, dan mencegah flare-up. Beberapa pilihan pengobatan yang umum digunakan meliputi:
1. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (NSAID)
- Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri sendi, pembengkakan, dan demam yang terjadi akibat peradangan. NSAID seperti ibuprofen atau naproxen dapat membantu meringankan gejala ringan.
2. Antimalaria
- Obat antimalaria, seperti hidroksiklorokuin, digunakan untuk mengobati gejala lupus, terutama ruam kulit dan nyeri sendi. Obat ini juga dapat membantu mencegah flare-up.
3. Kortikosteroid
- Kortikosteroid seperti prednison digunakan untuk mengendalikan peradangan yang parah. Kortikosteroid dapat mengurangi gejala akut, tetapi penggunaan jangka panjang dapat memiliki efek samping, seperti peningkatan risiko infeksi atau osteoporosis.
4. Imunosupresan
- Obat imunosupresan, seperti azathioprine, **mycop